Popular Post

Archive for 11/11/12

[Keperawatan Anak I] Konsep Manajemen Terpadu Balita Sakit

By : Unknown


Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen Kesehatan yang bekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak hanya kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventif dan promotifnya. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampil menangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihan MTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapat melakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas. Bagaimana kelanjutannya? Cek aja yah, ;D
A.           Konsep Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
1.      Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif. Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tanhun disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 50/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita (AKABA) 64/1000 kelahiran hidup (Surkesnas, 2001)
Dapatkah kawan simpulkan, jadi MTBS itu apa maksudnya?
 2.      Sejarah Terbentuknya MTBS
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.
Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh Puskesmas mampu menerapkan karena berbagai sebab: belum adanya tenaga kesehatan di Puskesmasnya yang sudah terlatih MTBS, sudah ada tenaga kesehatan terlatih tetapi sarana dan prasarana belum siap, belum adanya komitmen dari Pimpinan Puskesmas, dll. Menurut data laporan rutin yang dihimpun dari Dinas Kesehatan provinsi seluruh Indonesia melalui Pertemuan Nasional Program Kesehatan Anak tahun 2010, jumlah Puskesmas yang melaksanakan MTBS hingga akhir tahun 2009 sebesar 51,55%. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS bila memenuhi kriteria sudah melaksanakan (melakukan pendekatan memakai MTBS) pada minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di Puskesmas tersebut.
3.      Strategi dan Proses MTBS
Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
  1. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
  2. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota).
  3. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai MTBS berbasis Masyarakat.
Proses manajemen kasus disusun dalam beberapa langkah sebagai berikut :
  1. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai 2 bulan dan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
  2. Membuat klasifikasi kategori untuk melaksanakan tindakan.
  3. Mengobati dengan memberikan resep, cara memberi obat dan tindakan lain yang perlu dilakuakn.
  4. Memberi konseling bagi ibu.
  5. Memberi pelayanan tidak lanjut.
Memilih bagan manajemen kasus harus tepat, yaitu setiap fasilitas kesehatan mempunyai prosedur penerimaan rawat jalan, gawat darurat/tindakan, KB/KIA atau imunisasi yang setiap fasilitas kesehatan mempunyai prosedur pendaftaran pasien. Jika belum ada tentukan dulu kelompok usia anak.
4.      Konseling Dalam MTBS
Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf&Juntika,2005:9).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa konseling merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu secara Pribadi.Konseling dalam Alur MTBS. Pemberian konseling menjadi unggulan dan sekaligus pembeda dari alur pelayanan sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan minum obat, cara minum obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai umur, memberi nasehat kapan melakukan kunjungan ulang atau kapan harus kembali segera.Dengan pemberian konseling diharapkan pengantar atau ibu pasien mengerti penyakit yang diderita, cara penanganan anak di rumah, Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan memperhatikan perkembangan penyakit anaknya sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak dengan cara memberikan makanan sesuai umurnya. Semua pesan tersebut tercermin dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan setelah ibu atau pengantar balita sakit mendapatkan konseling. Ini untuk menjadi pengingat pesan-pesan yang disampaikan serta menjadi pengingat cara perawatan di rumah.
B. Klasifikasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
1.      Umur 1 hari- 2 bulan
a.      Penilaian Tanda dan Gejala
Pada penilaian tanda dan gejala yang pertama kali dilakukan pada balita umur 1 hari sampai 2 bulan adalah:
1)      Pertama menilai adanya kejang
2)      Kedua, adanya tanda atau gejala gangguan nafas seperti adanya henti nafas lebih dari 20 detik
3)      Ketiga, adanya tanda dan gejala hipotermia seperti penurunan suhu tubuh
4)      Keempat, adanya tanda atau gejala kemungkinan infeksi bakteri seperti mengantuk atau letargi atau tidak sadar
5)      Kelima, adanya tanda atau gejala ikterus
6)      Keenam, adanya tanda atau gejala gangguan saluran cerna seperti muntah segera setelah minum
7)      Ketujuh, adanya tanda atau gejala diare
8)      Kedelapan, adanya tanda atau gejala kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI
b.      Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini digunakan untuk menentukan sejauh mana tingkat kegawatan dari keadaan bayi yang didapat dari masing-masing tanda dan gejala, adalah sebagai berikut:
1) Klasifikasi kejang. Apabila ditemukan tanda tremor yang disertai adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata atau anggota gerak lain, mulut mencucu dan sebagainya.
2)      Klasifikasi gangguan nafas. Apabila ditemukan adanya henti nafas (apnea) lebih dari 20 detik, nafas cepat ≥ 60 kali per menit, nafas lambat ≤ 30 kali per menit, tampak sianosis, adanya tarikan dada sangat kuat.
3)      Klasifikasi hipotermiaSedang: Apabila ditemukan suhu tubuh pada bayi sekitar 36-36,4 C serta kaki atau tangan teraba dingin yang dapat disertai adanya gerakan pada bayi yang kurang normal. Hipotermia berat: apabila suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius.
4)      Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri. Pertama infeksi bakteri sistemik apabila ditemukan anak selalu mengantuk/letargis atau tidak sadar, kejang, terdapat gangguan nafas. Kedua infeksi lokal berat bila ditemukan nanah pada daerah mata keluar dari telinga, tali pusar atau umbilicus terjadi kemerahan. Ketiga infeksi bakteri lokal bila ditemukan adanya nanah yang keluar dari mata akan tetapi jumlahnya masih sedikit, bau busuk, terjadi kerusakan kulit yang sedikit, tali pusat atau umbilicus tampak kemerahan.
5)      Klasifikasi ikterus.  Pada ikterus patologi bila ditemukan adanya kuning pada hari kedua setelah lahir. Pada ikterus fisiologis dapat terjadi bila terjadi kuning pada umur 3 hari sampai 14 hari.
6)      Klasifikasi gangguan cerna. Dijumpai bila tanda sebagai berikut; muntah segera setelah minum, atau berulang, berwarna hijau, gelisah, rewel dan perut bayi kembung.
7)      Klasifikasi diare. Diare dehidrasi berat, jika terdapat tanda seperti letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung serta turgor jelek. Diare dehidrasi sedang jika ditemukan tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekuung serta turgor kulit jelek. Diare tanpa dehidrasi bila hanya ada salah satu tanda dehidrasi berat atau ringan.
8)      Klasifikasi BB rendah atau masalah pemberian ASI. Jika ditemukan tanda seperti bayi sangat kecil, BB kurang dari 200 gram umur kurang 28 hari, tidak bisa minum ASI, tidak melekat sama sekali, tidak mampu menghisap ASI.
2.      Umur 2 bulan-5 Tahun
a.      Penilaian Tanda dan Gejala        
Pada penilaian tanda dan gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang dinilai adalaha da tidaknya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau menetek, muntah, kejang, letargis atau tidak sadar) dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare, demam, masalah telinga, malnutrisi, anemia dan lain-lain.
1)      Penilaian pertama, kleuhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan dinding dada ke dalam, stridor, nafas cepat.
2)      Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis, mata cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak minu.
3)      Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku kuduk dan adanya infeksi lokal.
4)      Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya pembengkakkan.
5)      Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat dan sebagainya.
  1. b.      Penentuan klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
1)      Klasifikasi pneumonia. Berat, jika adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada ke dalam, adanya stridor. Pneumonia jika ditemukan tanda frekuensi nafas yang sangat cepat. Batuk bukan pneumonia, bila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk.
2)      Klasifikasi dehidrasi. Berat, bila ada tanda dan gejala seperti letargis, mata cekung, turgor jelek seklai. Ringan atau sedang dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, turgor jelek. Diare tanpa dehidrasi, bila tidak cukup tanda adanya dehidrasi.
3)      Klasifikasi diare persisten. Jika ditemukan diare sudah lebih dari 14 hari dengan dikelompokkan menjadi dua kategori persisten berat, jika adanya tanda dehidrasi dan diare persisten bila tidak ditemukan tanda dehidrasi.
4)      Klasifikasi disentri. Bila diare disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya bercampur dengan darah.
5)      Klasifikasi resiko malaria. Bila ditemukan bahaya umum dan disertai dengan kaku kuduk.
6)      Klasifikasi campak. Campak dengan komplikasi berat, jika ditemukan adanya tanda bahaya umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka di daerah mulut. Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut bila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak bila hanya tanda khas campak.
7)      Klasifikasi demam berdarah dengue. Bila terjaid demam yang kurang dari 7 hari.
8)      Klasifikasi status gizi.  Gizi buruk dan atau anemia berat, bila BB sangat kurus, adanya bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan kepucatan. Klasifikasi dibawah garis merah dan atau anemia bila ditemukan tanda telapak tangan agak pucat, BB menurut umur di bawah garis merah dan ketiga, tidak bawah garis merah dan tidak anemia bila tidak ada tanda di atas.

Sinyal-Sinyal Wanita Ingin Dicium Pria

By : Unknown

Anda memang mencintainya. Tak heran bila saat berkencan dengannya, Anda ingin sekali mendaratkan ciuman.

Namun Anda masih bingung, apakah itu waktu yang tepat memberikan ciuman kasih sayang. Padahal kenyataannya, wanita suka dicium tapi berusaha bersikap tenang karena ragu-ragu dan menunggu inisiatif pria.

Agar tidak semakin penasaran, berikut sinyal-sinyal wanita ingin dicium pria, seperti Tips Cinta kutip dari Kissingknowhow. Berikut:

Sentuhan lembut
Awali dengan Anda menyentuh tangan dan lengannya. Lihatlah reaksinya. Jika dia merasa nyaman, ini waktunya Anda mendaratkan ciuman ke pipi atau bibirnya.

Puji kecantikannya
Anda bisa melancarkan pendekatan yang mengesankan dengan memuji kecantikannya, terutama wajah dan rambut. Anda bahkan dapat membelai rambutnya sambil mengucapkan kata-kata manis dan lihatlah reaksinya. Jika dia menyukai pendekatan ini dan kedua pipinya terlihat memerah, itu artinya dia siap dicium.

Tanyakan langsung kepadanya
Ini adalah cara yang tepat untuk bertanya langsung, apakah dia ingin dicium atau tidak. Jika dia tetap diam, Anda tampaknya beruntung. Ingatlah bahwa wanita itu suka dicium.


semoga bermanfaat ^_^

Tips Agar Tidak Galau Saat Putus Cinta

By : Unknown

Putus cinta bisa membuat seseorang menjadi sedih, patah hati, terpuruk dan juga galau. Terkadang wanita tetap mempertahankan hubungannya yang buruk dan tidak sehat karena mereka takut melalui masa-masa galau menjadi single. Padahal, mereka sudah tidak nyaman menjalani hubungan dan berharap bisa segera melanjutkan hidup. Adakah cara menghindari galau setelah putus cinta? Ini dia cara meminimalisir perasaan galau setelah putus cinta.

1. Pikirkan Baik-baik Sebelum Putus

Sebelum memutuskan untuk berpisah, pikirkan baik-baik keputusan Anda. Bayangkan bahwa Anda memang mampu menjalani hidup dengan kehidupan sendiri. Pastikan masalah yang ada dalam hubungan sudah sangat tidak bisa ditolerir. Jangan sampai Anda salah ambil keputusan yang bisa membuat anda galau.

2. Jaga Jarak Sebelum Putus

Setelah yakin akan berpisah, jangan langsung menuturkan bahwa Anda ingin mengakhiri hubungan. Anda harus sedikit demi sedikit mengambil jarak dengannya. Cara ini bisa sebagai percobaan Anda menjalani hidup tanpanya. Menjaga jarak juga membuat Anda dan dia tidak merasa kaget setelah putus nanti. Namun, jangan terlalu lama dalam menjaga menjaga jarak, paling lama satu bulan.

3. Jangan Mengasihani Diri Sendiri

Sedih sudah pasti akan dirasakan, namun jangan mengasihani diri sendiri. Anda malah akan semakin terpuruk dan sulit melanjutkan hidup jika memanjakan perasaan sedih dan merana.

4. Jangan Mengingat-ingat Kejelekannya

Sakit hati Anda tidak akan usai jika terus mengingat-ingat masalah dan kejelekan mantan. Sangat membenci dan dendam dengan mantan juga bukan solusi yang tepat untuk bisa move on. Jadi, berhentilah mengingat segala keburukannya.

5. Jangan Mengenang yang Indah-indah

Bukan berarti juga Anda mengenang yang indah-indah bersama sang mantan. Memikirkan masa-masa bahagia ketika Anda bersama dulu, malah membuat Anda menjadi labil. Keinginan 'balikan' pun bisa muncul jika terus mengingat yang hal yang indah-indah.

6. Keluar Rumah

Daripada mengambil cuti dari kantor dan memilih berdiam diri di rumah karena tidak fokus bekerja, sebaiknya manfaatkan cuti Anda untuk berlibur atau menyibukkan diri. Ajak rekan kerja atau sahabat-sahabat Anda pergi untuk karaoke atau sekedar ngopi-ngopi setelah jam kerja.

7. Berpikir Positif

Memang sulit berpikir positf ketika perasaan masih kacau balau, tapi Anda harus berusaha melawannya. Pikirkan masa depan yang lebih baik. Tulislah di selembar kertas, apa yang ingin Anda gapai dan lakukan ke depannya. Seperti, kursus masak, melanjutkan sekolah lagi atau ingin membentuk tubuh menjadi lebih indah. Apapun itu Anda harus fokus kepada kehidupan Anda di masa depan.

- Copyright © Mencari ilmu - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -